Salamisms

الرسائل النصية الطبيعية

Fakta Mengenai Pengguna Internet di Indonesia

Fakta Mengenai Pengguna Internet di Indonesia

Fakta Mengenai Pengguna Internet di Indonesia – Indonesia menjadi negara berkembang dengan tingkat pengguna internet mencapai 171,71 juta jiwa dari keseluruhan total populasi penduduk Indonesia mencapai 264,16 juta jiwa.

Walaupun angkanya terbilang tinggi, namun fakta pengguna internet di Indonesia ini perlu Anda ketahui. Kira-kira apa saja ya faktanya?

1. Youtube telah menjadi media sosial favorit masyarakat Indonesia. premiumbola

Fakta Mengenai Pengguna Internet di Indonesia

Dari data yang diperoleh dan dihimpun dari We Are Social pada awal 2019, media sosial yang menjadi kegemaran pengguna internet Indonesia adalah Youtube dengan total 88 persen. mrchensjackson.com

Peranan YouTube di Indonesia sebagai sarana publikasi konten video terus meningkat. Jumlah jam konten yang diunggah dari Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun. premium303

Dari suatu hasil riset, 92 persen pengguna Indonesia menyatakan YouTube adalah tujuan pertama mereka ketika mencari konten video. Secara umum, pengguna Indonesia berpendapat bahwa YouTube memudahkan mereka dalam mencari konten yang menarik dengan topik yang beragam. https://3.79.236.213/

Untuk segi kuantitas penonton, YouTube sudah mulai menyaingi televisi sebagai sarana media yang paling sering diakses orang Indonesia. Pada 1.500 responden yang terlibat dalam penelitian, 53 persen menyatakan mengakses YouTube setiap hari, dan 57 persen menyatakan menonton televisi setiap hari.

Pemakai di negara Indonesia sering menggunakan YouTube untuk menonton konten yang tidak sempat mereka tonton secara langsung ketika disiarkan di televisi.

Makin populer di masyarakat rural :

Tak cuma masyarakat urban, warganet Indonesia yang tinggal di wilayah rural juga semakin banyak mengakses YouTube. Adanya banyak faktor yang membuat masyarakat rural di Indonesia semakin berminat untuk menggunakan YouTube, antara lain:

– Infrastruktur penyediaan internet yang semakin baik sehingga koneksi lebih berkualitas,

– Tarif untuk medai mengakses internet seperti paket data yang semakin terjangkau, dan

– Konten yang semakin relevan dengan minat warganet rural.

2. Lagu menjadi keyword yang paling dicari di Youtube.

Musik merupakan hal yang paling digemari masyarakat Indonesia dan ini terbukti dari keyword lagu yang paling sering dicari. Seandainya kalau Anda punya kebiasaan yang sama nggak sih saat buka youtube?

Adanya ribuan playlist dari berbagai genre, suasana hati, aktivitas atau bahasa. Ada playlist-playlist terbaru untuk menemukan musik baru.

Selain itu ada YouTube Music yang memungkinkan pengguna untuk beralih antara audio/video dengan sekali tekan tombol. Fitur yang unik tersebut memudahkan pelanggan YouTube Premium dan YouTube Music Premium untuk berpindah ke lagu atau video musik, sehingga pengalaman mendengarkan dan menonton musik dapat dilakukan dengan lancar.

YouTube sebagai media untuk meng-cover dan me-remix lagu. Menurutnya, konten-konten tersebut juga hadir di YouTube Music. Tidak cuma video musik, tetapi juga official music dan official album, single, remix, live concert dan musik-musik “langka” yang hanya bisa ditemukan di YouTube juga hadir di YouTube Music.

YouTube Music pengguna bisa tahu apa saja video yang terbaru dan terpopuler yang dimasukkan dalam kolom Hotlist. Contohnya, pada hari ini di Indonesia, kolom Hotlis menampilkan “Hotlist Pop Indonesia,” “Hotlist Musik Dance Indonesia,” “Hotlist Heavy Rock Indonesia,” “Hotlist Rock Indonesia,” “Hotlist Indie Indonesia,” dan “Hotlist Hip Hop Indonesia.”

3. Menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 jam untuk bermain media sosial.

Tentu 3 jam bukanlah waktu yang singkat untuk bermain media sosial. Dalam waktu 3 jam, Anda bisa melakukan banyak hal yang lebih produktif lagi.

Biasanya durasi penggunaan internet orang Indonesia mencapai 8 jam 44 menit. Sementara 3 jam 15 menit di antaranya digunakan untuk menatap laman media sosial.

Hanya, meski angka pengguna internet meningkat namun tingkat kepercayaan pengguna terhadap kebenaran informasi masih jauh di bawah rata-rata.

Mengacu pada suvei yang dilakukan oleh Centre for International Governance Innovation (CIGI), lembaga riset Kanada mencatat tingkat kepercayaan kebenaran informasi yang beredar di internet dari beberapa negara sejak 23 Desember 2016 hingga 21 Maret 2017; Amerika Serikat sebesar 53 persen, Prancis 41 persen, dan Jepang 32 persen. Dalam survei tersebut ada 24.225 responden dari 24 negara, termasuk Indonesia.

4. Masyarakat Indonesia gemar memberikan komentar.

Fakta Mengenai Pengguna Internet di Indonesia

Apakah Anda gemar memberikan komentar? Ternyata memberikan komentar di media sosial menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Ini terbukti dari mudahnya Indonesia memiliki trending yang beragam di Twitter.

Selain itu, ada pula hal lain yang mana, mengapa orang Indonesia (netizen atau warganet) suka berkomentar tanpa baca dulu.

– Pertama, Tingkat Literasi Amat Rendah

Saya meyakini, kebiasaan orang Indonesia yang suka berkomentar tanpa membaca dulu secara lengkap tulisan atau unggahan (di medsos) terkait erat dengan rendahnya literasi masyarakat kita. Setidaknya ada 2 penelitian atau jajak pendapat yang menegaskan betapa rendahnya literasi masyarakat Indonesia.

Saat tahun 2016, Survei World’s Most Literate Nations yang dibuat Central Connecticut State University, Amerika Serikat menempatkan literasi masyarakat Indonesia di posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvei.

Pada tingkatan lokal, survei Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/Indonesia National Assessment Program (INAP) yang mengukur literasi matematika, membaca, dan sains siswa kelas IV juga menunjukkan hasil mengecewakan.

Pendapat AKSI 2016, literasi matematika siswa kita mendapatkan skor 77,13 (kurang), literasi membaca 46,83 (kurang), dan literasi sains 73,61 (kurang). Rendahnya tingkat literasi pada ketiga mata pelajaran ini dengan mudah disimpulkan sebagai akibat minat baca di kalangan siswa Indonesia rendah.

– Kedua, Jumlah Buku Amat Sedikit

Alasan kedua terkait erat dengan alasan pertama yang telah kita sebut di atas. Rendahnya literasi terkait dengan minimnya jumlah buku yang terbit per tahun di Indonesia.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mengatakan, jumlah judul buku yang terbit per tahun di tanah air kita lebih dari 30 ribu judul. Rata-rata satu judul buku dicetak 3.000 eksemplar. Sehingga jumlah buku baru yang beredar per tahun sedikitnya mencapai 90 juta eksemplar.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 sekitar 255.461.700 jiwa berdasarkan Data Badan Pusat Statistik menunjukkan. Bila angka tersebut dibandingkan dengan jumlah judul buku terbit per tahun, maka judul buku baru yang terbit hanyalah 8 buku per satu juta penduduk.

Angka ini pun kalah jauh dibandingkan dengan judul buku baru yang terbit per satu juta penduduk di Thailand pada 2015 yang berjumlah 168 dan di Filipina 93.

Pengalaman sebuah Dinas Pendidikan Kabupaten di Sumatera menunjukkan minimnya ketersediaan buku di daerah. Saat itu, Dinas Pendidikan setempat sampai bingung harus mencari buku di mana. Di kabupaten itu, tidak ada toko buku umum. Yang tersedia hanya buku agama. Akhirnya, Dinas Pendidikan membeli buku yang tersedia, yakni buku-buku agama saja dan mendistribusikannya ke sekolah-sekolah.

– Ketiga, Tiadanya Pendidikan Bermedia (Sosial)

Mewabahnya internet yang membuka akses mudah ke media sosial tak diimbangi dengan pendidikan bermedia sosial bagi warga Indonesia. Masyarakat dihiraukan begitu saja menggunakan media sosial tanpa dibekali wawasan mengenai peluang dan bahaya yang mengintai di balik media sosial.

Sangat jarang dtemukan atau bahkan tidak pernah kita mendengar pemerintah memberi edukasi secara masif dan terstruktur mengenai kecerdasan dan etika bermedia sosial. Kurikulum yang formal umumnya memuat pelajaran teknologi informatika dan komputer, namun soal etika dan kecerdasan bermedia sosial tak disinggung.

Mengakibatkan, masyarakat yang sudah tingkat literasinya rendah makin terperosok ke dalam kebiasaan bermedia sosial tanpa kecerdasan dan etika. Berita bohong ditelan mentah-mentah dan justru disebarkan.